Goresan Pena Kehidupanku



Ketika semakin dekat waktu fajar menjelang, sayup-sayup kudengar suara-suara panggilan untuk menyeru kepada Ilahi, bersamaan dengan itu, suara-suara jangkrik dan ayam pun seakan tenggelam..

Di pembaringanku yang sepi ini, aku berusaha untuk terjaga, walaupun kelopak mata ini terasa berat untuk terbuka. Sedapat mungkin aku harus menunaikan tugas mulia ini..

Secepatnya kusingkap selimut ini untuk mengakhiri lelap dan kemalasanku, seraya bergegas kulangkahkan kaki untuk mengambil air wudhu..

Subhanallah, meski dingin merasuk tulang ini, aku harus bisa bermunajat kepada Nya seraya memanjatkan syukur atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan.. Sebab hanya karena Dia lah, mulut ini tak pernah bisu untuk berkomunikasi, kaki ini tak pernah berhenti untuk melangkah, menatap dan berjalan kedepan dan jangan menoleh lagi kebelakang kecuali untuk dijadikan sebagai pelajaran, karena setiap perbuatan yang dilakukan akan jadi catatan tertulis dalam perjalanan hidup ini yang nantinya akan dipertanggungjawabkan..

Berada di kehidupan dunia ini telah mengajarkan banyak hal bagi diriku, meski hidup dengan kesederhanaan dan kebersahajaan yang tak terbatas, merasakan pahit, getir dan manisnya kehidupan, semoga saja itu tak lupa dan luput untuk membuatku senantiasa berharap dan bersyukur hanya kepada Nya..

Kehidupan ini juga memberitahuku bahwa jika kita berkarya untuk kehidupan, maka kehidupan pula yang akan memberikan apresiasi, kehidupan akan menjawab dengan responnya, setiap orang mungkin memiliki bingkainya sendiri untuk berbicara. Tetapi yakinlah, bahwa apa yang berasal dari hati akan kembali ke hati pula dan apa yang berasal dari mulut akan kembali ke telinga pula..

Semakin panjang usia seseorang, semakin panjang pula catatan pengalaman hidupnya. Bagi mereka yang mau memetik pelajaran dari pengalamannya, maka pengalaman akan jadi kekayaan yang unik baginya. Usia seharusnya membawa kebajikan dan manfaat untuk sesama. Sedangkan bagi mereka yang acuh, pengalaman tak lebih dari goresan diatas pasir pantai. Usia tak menjamin apa-apa selain ketuaan bagi dirinya.

Meski kita sama-sama dinaungi oleh langit yang sama; meski kita sama-sama diterangi oleh sinar mentari yang sama; meski kita sama-sama digelapi oleh malam yang kadangkala dihiasi rembulan dan gemintang yang sama, namun kita sebenarnya tak pernah sama dalam menyerap semua itu.

Kita sesungguhnya melihat cakrawala dari ketinggian yang berbeda-beda..

Kita melangkah di jalan setapak dengan bobot yang berbeda. Kita mengisi ruang dan waktu ini dengan besar tubuh yang berbeda pula. Maka, meski kita lahir di bumi yang satu, namun sebenarnya kita hidup di dunia yang berbeda-beda. Kita mempunyai sidik dunia pikiran yang tak sama bagi setiap orang. 
 
Keunikan itu takkan banyak berarti bila tak menjadi kebahagiaan dan kedamaian bagi kita. Dan, semua itu tak banyak bermakna bila tak membuat diri ini semakin baik dan bermanfaat.. Wallohu A’lam..

(dikutip dari catatan ku di Facebook tertanggal Hari Ahad, 17 November 2013)
https://www.facebook.com/notes/alim-p-harahap/goresan-pena-kehidupanku/10202451318314449

Komentar