Harapan Itu Masih Ada..



Satu-satunya yang masih dan terus menyemangati perjalanan hidup ini adalah harapan, sekalipun yang sering datang justru yang tidak diharapkan. Sungguhpun demikian, hidup harus terus dijalani tahap demi tahap, fase demi fase dan waktu demi waktu. Banyak keinginan tetapi banyak pula hambatan, banyak sudah yang dikerjakan tetapi sebenarnya masih lebih banyak yang terabaikan. Hidup ini adalah perjalanan, al hayaatu musayyarah, life goes on. Dan kita berdoa, mudah-mudahan dari perjalanan yang panjang itu kita menjadi terasah, matang dalam bersikap dan tahu cakrawala serta makna kehidupan.

Sejarah orang-orang sukses dan terkenal selalu dimulai dari pengalaman perjalanan hidupnya yang panjang dan berliku, berkelok-kelok, mendaki dan menurun, mereka mengalami penderitaan dan nasib yang memilukan, namun karena didorong oleh motivasi yang kuat serta sifat pantang menyerah, maka setahap demi tahap, selangkah demi langkah, satu fase demi fase yang lain secara pasti, maka terjadilah perubahan dan kemajuan yang tentunya mengantarkan mereka ke arah kehidupan yang lebih membahagiakan.


Hidup ini menuntut adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan itu memerlukan proses laksana proses makhluk Tuhan yang bernama kupu-kupu, berawal dari ulat kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu indah yang dapat terbang kesana kemari. Proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik adalah ajaran agama sebagaimana yang pernah disabdakan Rasulullah Muhammad Shollahu ‘Alayhi Wa Sallam, Siapa yang keadaan hidupnya hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia termasuk golongan orang yang beruntung, Siapa yang keadaan hidupnya hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia termasuk golongan orang yang merugi, dan siapa yang keadaan hidupnya hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka dia termasuk golongan orang yang celaka, Naudzubillahi min dzalik.

Hidup dan kehidupan yang dijalani seyogyanya bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Manfaat yang dimaksud adalah nilai dan kenangan sehingga  catatan, perbuatan, gerak langkah, perilaku, dan tindakan serta perkataan tidak melukai perasaan orang lain, karena didorong oleh landasan keyakinan dan kesadaran bahwa setiap gerak gerik, perbuatan dan perkataan pada waktunya nanti akan dimintakan pertanggungjawaban di mahkamah hari akhir.

Kata kucinya adalah nilai dan manfaat hidup, karena dengan nilai dan manfaat hidup dimaksud seseorang dapat melambung tinggi popularitasnya, namanya, ajarannya, sejarahnya, kepribadiannya bahkan kata-kata dan gerak-geriknya menjadi referensi dan panutan bagi generasi ke generasi sampai akhir zaman. Di sisi lain, ada juga yang popularitasnya melambung dan meroket karena kejahatan dan kesewenang-wenangan yang mengakibatkan hancurnya peradaban kemanusiaan tetapi tetap menjadi catatan sejarah pahit yang akan dikenang sepanjang zaman.

Konsekuensinya adalah hidup ini harus mempunyai prinsip dan arah yang jelas serta konkrit sehingga dinamika dan pergerakan dapat berlabuh ke arah sasaran yang disebut pulau bahagia berupa kedamaian, ketenangan, ketenteraman laksana samudra yang tidak berombak namun didalamnya terdapat jutaan ikan yang sedang bermain menikmati keindahan alamnya. Pergerakan dan dinamika merupakan motor perubahan hidup sebagaimana kata orang bijak bahwa di tengah gelanggang kehidupan tidak ada kata mundur, di tengah pertarungan tidak ada kata menyerah dan di tengah jalan tidak ada kata berhenti. Mereka yang bergerak, merekalah yang maju. Mereka yang statis, merekalah yang tertinggal karena memang dunia bergerak begitu cepat.

Sayang rasanya apabila hidup berlalu dengan penuh masalah. Roda kehidupan laksana layangan putus tanpa arah, keceriaan hanya bayang-bayang dan mimpi, masa depan yang panjang kelihatannya mengarah kepada misteri, maka tidak ada jalan lain kecuali bangkit, bersemangat, tekad yang kuat, motivasi never start never ending, lebih baik berbuat walau masih salah daripada bengong, kalau tidak berani salah kapan bisa memperbaiki. Banyak orang menjadi sukses karena belajar dari kesalahan, so kesalahan belum tentu kegagalan.

Bergeraklah selangkah demi selangkah perjalanan hidup menuju ke arah yang lebih baik. Mulailah setapak demi setapak menuju yang lebih konkrit dan lebih riil. Mulailah memaknai hidup ini laksana falsafah pohon. 

Sebagaimana kita ketahui pohon akan tumbuh dari waktu ke waktu, makin tinggi pohon itu, makin menancap akarnya kedalam tanah sehingga memungkinkan tangkai, dahan, dan daun menjulang tinggi ke angkasa, walau datang angin dan badai yang mengakibatkan daun, tangkai dan pohon melambai dan bergoyang, namun pada hakikatnya hembusan angin tersebut hanya sekedar merangsang akar pohon makin menancap kedalam tanah sehingga pohon akan semakin tegar, semakin kokoh, semakin rindang dan semakin hijau. Pada saatnya nanti akan memberi buah yang banyak. Buahnya manis dan lezat, tidak hanya dinikmati oleh manusia tetapi juga oleh burung yang berkicau dan bernyanyi…

Memang hidup didunia ini kadang-kadang penuh misteri, hari ini tertawa besok bisa menangis, hari ini bersorak-sorai jangan-jangan kita besok bisa bersedih, hari ini bahagia besok bisa kecewa, hari ini merasa prihatin besok bisa menjadi jutawan, hari ini berpesta pora besok bisa merana, hari ini sehat perkasa besok bisa masuk jurang derita, hari ini kita mendaki besok bisa menurun, begitulah roda kehidupan datang silih berganti dan tidak ada yang abadi. Ada masa datang ada masa pergi, ada masanya bertemu dan ada masanya berpisah, ada masa hidup dan ada wafat.

Kata orang, mati harimau meninggalkan belang, mati manusia meninggalkan nama, maka dari itu wahai saudaraku yang budiman sudah sepatutnyalah kita manusia yang diberi logika, akal pikiran, budi pekerti luhur, tenggang rasa, hati yang dapat membedakan antara baik dan buruk, nurani yang membimbing kita dalam cahaya kebenaran, dapat menjadikan nilai dan makna hidup yang terhormat, indah bergairah, ramah, saling mengasihi, saling menghormati, saling sinergi.

Kalau ada yang salah diperbaiki bukan dicaci maki, kalau ada yang condong dapat ditegakkan kembali, mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul, mencintai bukan membenci, mengoreksi tanpa mencela dengan cara yang halus tetapi tembus.  Wallahu A’lam…

Komentar