Renungan di Hari Nan Fitri



Mudah-mudahan dengan berkah Rahmat Allah Yang Maha Pemurah dan Syafaat Rasulullah Muhammad Shollahu ‘Alayhi wa Sallam serta berkat doa para auliya Allah, para ulama dan hamba-hamba Allah yang sholih kiranya kita ummat islam dimana pun berada selalu diberikan ketenangan, kedamaian, ketenteraman, kebarokahan dan keselamatan lahir dan batin di dunia dan di akhirat.

Kemudian daripada itu, pada hari ini kita merayakan Idul Fitri, hari yang penuh kemenangan, hari yang penuh kedamaian, hari yang penuh kebahagiaan, hari yang penuh kebarokahan setelah kita menunaikan tugas, menjalankan kewajiban, dan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dengan penuh perhitungan dengan niat dan tujuan mencapai derajat hamba Allah yang bertaqwa “La ‘allakum tattaquun” sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, para sahabat, para tabi’in dan hamba-hamba yang sholih sampai hari kiamat.

Kita berada di hari yang berbahagia ini, insyaallah tampil sebagai pemenang setelah melalui proses berpuasa, menahan lapar dan dahaga, mengendalikan hawa nafsu, hawa nafsu yang merupakan silang sengketa, hawa nafsu yang merupakan sumber keserakahan, hawa nafsu yang merupakan sumber perpecahan. Gara-gara hawa nafsu teman sejati bisa menjadi lawan yang antipati, gara-gara hawa nafsu rumah tangga yang bahagia bisa menjadi rumah tangga yang sengsara, gara-gara hawa nafsu masyarakat yang bersatu padu bisa mejadi masyarakat yang kacau balau, gara-gara hawa nafsu dunia yang tenang bisa menjadi kancah peperangan.

Kita bersyukur kepada Allah karena kita telah berhasil menjadi pemenang melalui pelaksanaan ibadah puasa ramadhan, kita dapat merasakan menahan lapar dan dahaga, kita melaksanakan amaliyah-amaliyah ramadhan, kita menunaikan zakat fitrah dan shadaqah lainnya semua itu kita tunaikan semata-mata untuk mengharap ridha Allah, untuk mensyukuri nikmat dan karunia Allah, untuk memenuhi panggilan Ilahi, untuk kembali kepada fitrah kita laksana bayi yang baru terlahir tanpa noda dan dosa, laksana kertas putih  tanpa noda, laksana orang yang tinggal ditepi danau yang jernih dia mandi beberapa kali mensucikan badannya dengan air yang bersih, tentu dapat dibayangkan badannya bersih dan harum. Semua itu menjadi tamsil bagaimana orang yang istiqomah dalam mendirikan shalat, bagaimana orang yang menunaikan ibadah puasa, mereka senantiasa terjaga karena selalu berpegang teguh kepada fitrahnya masing-masing sebagaimana firman Allah dalam surah Ar Rum ayat 30.

Saudaraku yang budiman, tetapi kita tidak boleh menjadi pemenang yang sombong apalagi menjadi pemenang yang lupa daratan setelah mudah-mudahan kita meraih derajat hamba Allah yang bertaqwa, kita harus dapat merefleksikan, kita harus dapat merealisasikan, kita harus dapat membuktikan bahwa hamba-hamba yang beriman dan bertaqwa kepada Allah harus tampil menjadi ummat yang terbaik di tengah-tengah masyarakat dunia, ummat yang terbaik dalam kehidupan pribadi karena mempunyai iman dan budi pekerti yang luhur, ummat yang terbaik dalam kehidupan berumah tangga karena mempunyai konsep rumah tangga yang islami yaitu keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah bukan keluarga selingkuh dan berantakan. Ummat yang terbaik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan tujuan membangun negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Ummat yang terbaik khususnya dalam kehidupan beragama yaitu menjadi manusia yang muttaqin.

Saudara, kita pun telah mengumandangkan kalimat takbir, kalimat tahmid, kalimat tauhid sebagai wujud penghambaan diri, sebagai ungkapakan rasa syukur bahwa kita telah dapat menunaikan tugas mulia ibadah puasa ramadhan diiringi dengan doa kiranya amal ibadah kita diterima oleh Dzat Yang Maha Mengasihi, Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Orang yang bertaqwa adalah orang yang mempunyai jatidiri dan kepribadian yang luhur karena di dalam hati mereka telah tertanam kalimatan thayyibah, kalimat tauhid, kalimat Laa Ilaha Illallah Muhammadar Rasulullah, segala gerak, semua aktifitas, seluruh ikhtiar, segala pengabdian dan segala maksud dan tujuan hanya ingin mengabdi karena Allah dan untuk mencapai ridha Allah semata.

Ramadhan telah pergi dengan penuh kenangan, kita tidak tahu apakah kita masih dapat bertemu dengan Ramadhan berikutnya tapi saat ini terbayang nian dalam ingatan kita bagaimana Rasulullah Muhammad Shollahu ‘Alayhi Wasallam berserta para Sahabat, seorang yatim piatu yang tidak pernah mengalami jenjang pendidikan formal bahkan buta huruf dalam tulis baca mendapat amanah dari Allah untuk menyampaikan dakwah islamiyah ke seluruh penjuru dunia sampai akhir zaman  dengan konsep mengajak tidak mengejek, merangkul tidak memukul, mencintai bukan membenci, mengoreksi tanpa mencela dengan cara yang halus tetapi tembus.

Selaku orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah dan sebagai ummat dan pengikut Rasulullah Muhammad Shollahu ‘Alayhi Wasallam pada kesempatan yang berbahagia ini kita tafakkur melihat kebelakang perjalanan diri  masing-masing apa yang sudah kita perbuat, apa yang sedang kita kerjakan dan program apa yang akan kita laksanakan sehingga kita dapat memahami, kita dapat membaca dan kita dapat menyadari sejauh mana hidup kita dapat memberikan kontribusi dan manfaat  bagi orang lain di tengah-tengah pergaulan ummat manusia ini karena Rasulullah Muhammad Shollahu ‘Alayhi Wasallam pernah bersabda: Sebaik-baik kalian adalah  yang selalu memberi manfaat bagi orang lain.

Untuk itu, sebagai wujud dan implementasi nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan harus dapat kita wujudkan dalam bentuk yang konkrit berupa pengamalan agama yang konsisten dan komitmen bukan temporer apalagi hanya sekedar sambil lalu dan pelengkap penderita, kita berusaha untuk mendirikan shalat secara khusu’ dan teratur sesuai dengan tata tertibnya, kita tunaikan zakat infak shadaqah untuk mensucikan  harta kita, kita berpuasa semata-mata karena Allah, kita beribadah karena atas kesadaran dan tanggung jawab untuk menuju ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Selanjutnya saudaraku yang baik hatinya, setelah kita beribadah dan menjalankan puasa Ramadhan sebagai wujud pengamalan agama yang isitqamah menurut bahasa Al Qur’an juga kita harus tampil  menjadi insan yang produktif, menjadi insan yang kreatif, menjadi insan yang  inovatif untuk memberikan kontribusi dan sumbangsih berupa karya nyata, berupa peningkatan kualitas sumber daya insani, berupa amal shalih melalui perbaikan mutu dan pengembangan pendidikan secara bertahap dan berkesinambungan, berbakti secara berjama’ah, memperbaiki tingkat kesehatan ummat melalui pemberian konsumsi makanan halal & thayyib, bergotong royong untuk mengabdi kepada ikhwanul muslimin yang kurang mampu seperti fukaraa wal masakin, orang cacat baik fisik maupun mental, orang yang sudah lanjut usia, mereka sangat mendambakan sentuhan kasih sayang dan penghargaan melalui pendekatan pintu dan bahasa agama agar mereka dapat menjalani sisa-sisa hidupnya dalam keadaan tenang dan damai dan kalaupun suatu ketika ajal tiba mereka dapat mengakhiri perjalanan hidupnya dalam keadaan husnul khatimah bukan su’ul khatimah, a good ending not a bad ending.

Kita pun semua menyadari bahwa hidup ini adalah perjalanan, makna perjalanan adalah darimana, sedang dimana dan mau kemana, tentu di hari yang berbahagia dan suasana Idul fitri ini kita dapat melihat diri kita masing-masing bahwa kita berasal dari Allah, kita hidup untuk mengabdi kepada Allah dan kita pun akan kembali kepada Allah sebagaimana firmanNya dalam Al Qur'an Surah As-Syu’araa (26) : 88 – 89.

Islam yang kita yakini sebagai way of life harus dapat memberikan warna rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi setiap individu karena menjadi insan yang berbudi perkerti luhur, berperilaku ahlakul karimah, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda, rahmat bagi kehidupan keluarga dan rumah tangga karena diisi dengan makna dan tujuan bahwa rumah tangga adalah cermin dari hidup dan kehidupan yang hamonis, sinergi, kondusif sebagai perwujudan daripada konsep keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.

Akhirnya mari kita lupakan yang sudah berlalu, biarlah masa lalu menjadi kenangan dan hikmah pelajaran, kita bersiap menatap hari esok yang lebih indah dan bahagia, kita bermaaf-maafan, kita saling bersalaman untuk membangun suasana yang lebih kondusif dalam rangka menyambut hari esok yang lebih ceria dan kita memanjatkan doa kehadirat Allah Azza Wa Jalla semoga kita kaum Muslimin dan muslimat dimana saja berada selalu diberikan ketenangan, kedamaian, ketenteraman, kebahagiaan, kebarokahan dan keselamatan lahir dan batin di dunia dan di akhirat. Amiin, Amiin Allahumma Amiin… Wallahu A’lam.

Selamat Merayakan Idul Fitri
Taqobbalallahu Minna Wa Minkum
Shiyamana wa Shiyamakum
Minal ‘Aidina Wal Faaidzin
Mohon Maaf Lahir dan Batin



Komentar